Kembali Upaya Sadar Risiko

Wawancara Ketua MASINDO Dimas Syailendra Ranadireksa

Pada tahun 2045, Indonesia akan berumur genap 100 tahun. Pada tahun 2030, Indonesia diproyeksikan memiliki bonus demografi atau penduduk usia produktif mencapai 68.3 persen dari total populasi, yang kemudian disebut dengan Generasi Emas. Menurut pemerintah, Generasi Emas ini merupakan nakhoda yang mengarahkan kemajuan atau masa depan bangsa untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, yaitu menjadi negara yang maju. 

Namun demikian, tidak dipungkiri bahwa terdapat berbagai risiko yang berpotensi mengancam produktivitas mereka. Beberapa risiko tersebut di antaranya yaitu risiko kesehatan, risiko lingkungan, dan risiko sosial.

Untuk menggali informasi lebih dalam mengenai topik ini, tim redaksi MASINDO mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai Ketua MASINDO Dimas Syailendra Ranadireksa.

Apakah pengamatan Mas Dimas sejalan dengan yang tadi disebutkan mengenai bonus demografi Indonesia dan Indonesia Emas 2045?

Bonus demografi memang menjadi peluang emas bagi Indonesia untuk mendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Dengan persentase penduduk usia produktif yang tinggi, Indonesia memiliki kesempatan untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Kesempatan Indonesia Emas 2045 ini bisa dimanfaatkan dengan baik jika didukung investasi yang tepat pada pendidikan, kesehatan, dan penciptaan lapangan kerja agar dapat menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas.

Apakah bisa dijelaskan lebih lanjut, apa itu risiko-risiko yang berpotensi mempengaruhi produktivitas Generasi Emas ini?

MASINDO mengelompokkan 3 jenis risiko, yaitu risiko kesehatan, lingkungan, dan sosial. Risiko kesehatan meliputi penyakit kronis dan gaya hidup tidak sehat yang dapat mengurangi daya kerja individu. Risiko lingkungan, seperti perubahan iklim dan pencemaran, berpotensi merusak sumber daya alam yang merupakan dasar ekonomi dan kesejahteraan bagi negara serta masyarakat. Adapun, risiko sosial mencakup ketimpangan pendapatan, pengangguran, dan kurangnya akses pendidikan berkualitas yang dapat memperlebar kesenjangan kompetensi dalam masyarakat. Semua risiko ini dapat menghambat produktivitas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara jangka panjang.

Bagaimana seharusnya pemerintah dan generasi muda menyikapi risiko-risiko yang berpotensi mempengaruhi produktivitas ini? Apa yang paling diperlukan untuk mencegah dan mengendalikan berbagai risiko tersebut?

Pemerintah dan generasi muda harus proaktif dalam mengidentifikasi dan mengatasi risiko-risiko tersebut. Sikap proaktif tersebut memerlukan pendidikan dan pelatihan yang memadai, investasi dalam kesehatan dan infrastruktur, serta kebijakan yang mendukung inovasi berbasis kajian ilmiah (scientific evidence-based). Upaya pencegahan dan pengendalian harus diperkuat melalui regulasi, insentif, dan program yang mendorong praktik baik di kalangan individu, masyarakat, hingga lingkungan kerja.

Sebagai penggerak “Gerakan Masyarakat Sadar Risiko Indonesia”, bagaimana pendapat Mas Dimas terkait kesadaran masyarakat terhadap budaya “Sadar Risiko” saat ini? Apakah sudah sesuai harapan?

Kesadaran masyarakat terhadap budaya sadar risiko masih bervariasi dan perlu ditingkatkan. Meskipun ada kemajuan dalam beberapa tahun terakhir, masih banyak yang perlu dilakukan untuk memastikan seluruh lapisan masyarakat memahami pentingnya mengenali dan mengelola risiko dalam kehidupan sehari-hari.

Jika dirasa dapat ditingkatkan, sejauh mana peran pemerintah untuk bisa meningkatkan budaya “Sadar Risiko” di masyarakat?

Pemerintah memegang peran vital dalam meningkatkan budaya sadar risiko melalui berbagai strategi dan inisiatif. Dengan perannya sebagai regulator, pemerintah harus berpartisipasi dalam mempromosikan kajian dan riset ilmiah untuk memastikan kebijakan dan program yang diimplementasikan sesuai bukti dan fakta ilmiah yang solid. Tentunya, pemerintah juga harus mendukung penelitian pada bidang kesehatan, lingkungan, sosial, dan ekonomi untuk memperoleh data maupun informasi yang komprehensif sebagai landasan dalam pengambilan keputusan yang lebih tepat dan efektif.

Upaya-upaya tersebut pastinya perlu diperkuat dengan peraturan yang mendorong transparansi, akuntabilitas, dan respons cepat serta efektif terhadap berbagai risiko. Melalui regulasi yang tepat, pemerintah dapat memastikan perusahaan dan individu memiliki insentif yang kuat untuk mengadopsi pendekatan proaktif dalam mengelola risiko guna meningkatkan ketahanan nasional terhadap berbagai tantangan.

Saat ini, usia produktif Indonesia dihadapkan dengan budaya hustle atau workaholic. Tidak jarang terjadi di kalangan usia produktif mengesampingkan upaya-upaya sadar risiko seperti olahraga rutin dan budaya hidup sehat, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi produktivitas mereka. Menurut Mas Dimas, apa yang seharusnya ditingkatkan untuk memastikan budaya produktif itu berimbang dengan upaya menjaga kesehatan?

Penting bagi individu dan organisasi untuk menerapkan prinsip kerja yang fleksibel dan mendukung keseimbangan hidupan. Caranya dengan mendorong olahraga rutin, istirahat yang cukup, dan manajemen waktu untuk menghindari lembur berlebihan.

Generasi produktif juga harus mengurangi konsumsi produk-produk yang memiliki risiko kesehatan tinggi, seperti minuman dengan pemanis, alkohol, hingga rokok. Bila sulit untuk berhenti, mereka dapat menggunakan produk dengan risiko yang lebih minim, seperti minuman rendah gula dan produk tembakau alternatif seperti rokok elektronik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin. Menurut saya, masyarakat seharusnya mendapatkan akses informasi akurat soal faktor pengurangan risiko dan kajian ilmiah dari produk-produk alternatif. Salah satu alasan didirikannya MASINDO adalah untuk mempermudah akses atas informasi penting tersebut.

Sejauh apa peran MASINDO dalam meningkatkan pencegahan, pengendalian, dan pengurangan faktor risiko?

Dalam 3 tahun terakhir, MASINDO berperan aktif meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pencegahan, pengendalian, dan pengurangan risiko. Kami melakukan ragam program edukasi, pelatihan, dan kampanye kesadaran kepada berbagai kelompok masyarakat. MASINDO juga bersinergi dengan pemerintah dan organisasi non-pemerintah mempromosikan praktik terbaik untuk kehidupan yang lebih ideal.

Apa saja rencana MASINDO pada tahun 2024 ini untuk memastikan keberlanjutan diseminasi upaya-upaya sadar risiko di Indonesia?

Pada tahun 2024, MASINDO akan terus memperluas jangkauan programnya dengan memanfaatkan teknologi digital, seperti media sosial dan platform online, untuk mendiseminasikan informasi tentang sadar risiko. Kami juga akan fokus pada pengembangan komunitas lokal yang dapat berperan sebagai agen perubahan untuk mendorong adopsi praktik sadar risiko secara lebih luas di lingkungan setempat.

Apa harapan MASINDO bagi usia produktif saat ini nantinya dapat membantu merealisasikan visi Indonesia Emas 2045 ini?

MASINDO berharap generasi produktif saat ini menjadi pelopor dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Dengan memanfaatkan bonus demografi secara efektif dan bertanggung jawab, serta mengadopsi pendekatan yang sadar risiko dalam segala aspek kehidupan, generasi ini dapat membantu Indonesia mencapai potensi penuhnya sebagai negara yang maju, inklusif, dan berkelanjutan.

Apa harapan MASINDO terkait bentuk-bentuk kolaborasi pemerintah dan masyarakat dalam meningkatkan budaya “Sadar Risiko” sehingga Visi Indonesia Emas 2045 dan bonus demografi dapat diraih?

Dengan belajar dari pandemi COVID-19, MASINDO berharap terciptanya kolaborasi intensif yang berkelanjutan antara pemerintah, sektor swasta, organisasi masyarakat, dan individu. Kolaborasi ini diharapkan dapat memperkuat kesiapan dan respons Indonesia terhadap krisis di masa depan, meningkatkan sistem kesehatan, serta memastikan akses informasi yang diperlukan bagi seluruh lapisan masyarakat untuk menghadapi risiko.

Dengan menggabungkan keahlian dan sumber daya dari berbagai sektor, Indonesia dapat mengembangkan solusi yang adaptif dan fleksibel untuk tantangan yang dihadapi. Partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan juga akan meningkatkan kesadaran dan keterlibatan dalam manajemen risiko. Melalui kerjasama yang kuat ini, kami berharap Indonesia lebih tangguh sehingga mampu mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045 dengan masyarakat yang lebih sadar risiko.