Kembali Upaya Sadar Risiko

Risiko Digital Fatigue dan Cara Menguranginya

Sobat #SadarRisiko pernah merasa lelah setelah seharian bekerja di depan layar atau menghadiri banyak rapat virtual? Jika iya, mungkin sobat #SadarRisiko sedang mengalami digital fatigue atau kelelahan digital.

Apa itu digital fatigue?

Digital fatigue merupakan kondisi kelelahan mental dan fisik yang timbul akibat terlalu lama terpapar perangkat digital. Gejala yang sering muncul, antara lain, mata lelah dan kering, sakit kepala yang berkelanjutan serta sulit berkonsentrasi. Rasa kewalahan dengan notifikasi yang terus masuk juga dapat menimbulkan rasa cemas, hingga kesulitan beristirahat dan tidur di malam hari.

Jika dibiarkan, digital fatigue bisa berdampak serius pada kesehatan dan produktivitas. Beberapa risiko
yang mungkin timbul:

  1. Kesehatan mental bisa terganggu akibat terlalu banyak informasi digital yang membuat otak kita kewalahan memprosesnya, yang kemudian memicu stres dan kecemasan.
  2. Produktivitas kerja menurun karena saat mengalami kelelahan digital, kemampuan kita untuk fokus dan mengambil keputusan menjadi berkurang.
  3. Kesehatan fisik terganggu akibat terlalu lama berinteraksi dengan perangkat digital yang menyebabkan gangguan tidur, nyeri otot, dan masalah penglihatan.

Lalu bagaimana cara untuk #KurangiRisiko digital fatigue?

Ada beberapa langkah praktis yang bisa diterapkan untuk menguranginya:

  1. Terapkan aturan “20-20-20” yaitu untuk setiap 20 menit bekerja di depan layar, luangkan waktu 20 detik untuk melihat objek yang berjarak 20 meter. Cara ini efektif untuk mengurangi ketegangan mata.
  2. Atur jadwal Digital Detox dengan menetapkan waktu khusus tanpa gadget setiap harinya. Misalnya, dengan tidak menggunakan ponsel, tablet atau laptop saat sedang makan dan satu jam sebelum tidur.
  3. Optimalkan lingkungan kerja dengan memastikan pencahayaan ruangan cukup dan posisi layar sejajar dengan mata, serta dengan menggunakan filter cahaya biru pada perangkat digital yang digunakan.
  4. Batasi waktu rapat virtual dengan menyisipkan jeda 5-10 menit di tengah-tengah rapat virtual yang berlangsung lama.
  5. Pahami prioritas bekerja dan kelola notifikasi gadget dengan bijak.

Sobat #SadarRisiko, pada era digital saat ini, menghindari penggunaan teknologi secara total memang sangat sulit dan bahkan tidak mungkin. Namun penggunaan teknologi secara bijak dan sehat harus tetap diutamakan.

Dengan #SadarRisiko digital fatigue dan menerapkan langkah-langkah pencegahan, kita bisa terus produktif tanpa mengorbankan kesehatan fisik dan mental. Ingatlah, bahwa teknologi seharusnya membantu, bukan membebani hidup kita. Mari Sobat #SadarRisiko mulai terapkan kebiasaan digital yang lebih sehat dari sekarang dengan #KurangiRisiko digital fatigue.

Ikuti terus media sosial dan artikel-artikel MASINDO dan tetap #SadarRisiko untuk hidup lebih sehat dan
seimbang!

Artikel Lainnya

Visi Indonesia Emas 2045: Diancam Polusi Udara dan Kebiasaan Buruk

Pendekatan Pengurangan Bahaya

Visi Indonesia Emas 2045: Diancam Polusi Udara dan Kebiasaan Buruk

Tak bisa dipungkiri bahwa polusi udara jadi kata kunci yang paling banyak dibicarakan akhir-akhir ini. Berdasarkan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, kualitas udara di Jakarta dan wilayah sekitarnya berada di zona merah selama beberapa bulan terakhir.

Masindo Ajak Masyarakat Indonesia Tumbuhkan Budaya Sadar Risiko

Pendekatan Pengurangan Bahaya

Masindo Ajak Masyarakat Indonesia Tumbuhkan Budaya Sadar Risiko

Masindo aktif mengedukasi terkait konsep pengurangan bahaya (harm reduction) guna mengurangi risiko kesehatan, lingkungan, dan sosial terkait dengan kebiasaan tertentu. Konsep pengurangan bahaya memperkenalkan masyarakat pada alternatif yang lebih rendah

Pemerintah Didesak Aktif Turunkan Prevalensi Merokok

Pengurangan Bahaya Tembakau

Pemerintah Didesak Aktif Turunkan Prevalensi Merokok

Pemerintah dinilai perlu terlibat aktif dalam memperluas akses informasi akurat terkait konsep pengurangan bahaya tembakau melalui penggunaan produk tembakau alternatif, yang berbasis kajian ilmiah.