JAKARTA - Tingkat kesadaran masyarakat terhadap risiko masih tergolong rendah. Untuk itu masyarakat perlu disadarkan mengenai risiko agar tidak lagi bertindak tanpa konsekuensi.
Ketua Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO), Dimas Syailendra, mengatakan saat ini masih ada masyarakat yang bertindak tanpa berpikir konsekuensinya dalam banyak aspek.
“Pendeknya, ada masyarakat sering berbuat tanpa berpikir bagaimana risikonya,” kata Dimas, melalui keterangan tertulis, Senin (11/10/2021).
Baca juga: Asuransi Astra Kembangkan Asuransi Garda Healtech Berbasis Digital
Contohnya masih banyak masyarakat yang tertipu investasi bodong, berkendara motor namun tidak menggunakan helm, membuang sampah secara sembarangan menebar kebencian di medsos.
Menurut Dimas, saat ini bagaimana membangun budaya sadar risiko berbasis pada pola berpikir “nanti bagaimana”, bukan “bagaimana nanti”.
“Pola pikir “nanti bagaimana” akan membangun budaya berpikir, mencari tahu, mengonfirmasi sebelum mengambil keputusan atau tindakan,” tegasnya.
Fokus selanjutnya upaya-upaya mengurangi bahaya dari risiko yang ada.
Dimas mengatakan mengurangi risiko adalah upaya mencari solusi rasional mengurangi akibat yang mungkin ada.
Baca juga: OCBC NISP Ajak Generasi Muda Nge-Gym Finansial untuk Raih Kondisi Finansial yang Prima
“Jadi, sadar risiko adalah hal yang menurut kami perlu dibangun di dalam masyarakat. Kedua, mengapa mengurangi bahaya juga menjadi fokus karena sering kali risiko sulit dihindari,” ujarnya.
Oleh sebab itu, pihaknya pun bergerak sosialisasi konsep meminimalisasi risiko melalui penggunaan produk alternatif yang lebih rendah risiko baik bagi kesehatan, keselamatan, lingkungan, dan lainnya.
Contohnya inovasi mobil listrik, kantong belanja biodegradable, penggunaan produk tembakau alternatif seperti snus, vape, produk tembakau yang dipanaskan untuk menekan risiko kebiasaan merokok.
Dengan begitu masyarakat perlu mempunyai solusi untuk mengurangi risiko, jika itu memang kebiasaan tersebut sulit dihindari sepenuhnya.
“Misalnya dalam dunia investasi kita mengenal konsep “risk management”, untuk hal seperti ini,” kata Dimas.
Menurutnya, pihaknya akan mengampanyekan isu sadar risiko dan pengurangan bahaya terhadap masyarakat dalam berbagai aspek lewat program dan kegiatan komunitas.
“Selain itu juga akan dilakukan advokasi mengenai isu sadar risiko dan pengurangan bahaya ini kepada pihak-pihak berkepentingan lainnya untuk mendukung tercapainya tujuan,” tutup Dimas.
Sebelumnya, MASINDO telah diresmikan pada September 2021.
Perkumpulan ini bertujuan untuk memasyarakatkan dan sosialisasi atas kesadaran akan risiko di Indonesia.
Centre for Youth and Population Research (CYPR), Yayasan Manusia Welah Asih Semesta (MAWAS Centre), serta Yayasan Bina Edukasi Parawangsa beberapa organisasi tergabung dalam MASINDO.
Hari Populasi Dunia, yang diperingati setiap tanggal 11 Juli, menjadi momen penting untuk meningkatkan kesadaran terkait dampak kepadatan penduduk di Indonesia. Pertumbuhan populasi yang pesat membawa berbagai konsekuensi, termasuk resiko terhadap lingkungan dan kesehatan individual di tengah kepadatan penduduk.
Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan, termasuk pengurangan limbah plastik, semakin berkembang di masyarakat Indonesia. Namun, dengan berkembangnya kesadaran akan dampak limbah plastik ini, masih banyak orang tidak mengetahui upaya-upaya yang bisa dilakukan secara individu dan kolektif untuk #KurangiRisiko yang diakibatkan oleh plastik.
Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO) aktif mengedukasi terkait pengurangan bahaya di berbagai aspek kehidupan, termasuk kesehatan. MASINDO menggelar webinar yang mengangkat tema 'Upaya Preventif & Sadar Risiko Penyakit Tidak Menular', sekaligus untuk memperingati Hari Kesehatan Nasional 2023 pada Kamis (30/11/2023). Acara yang berlangsung di Jakarta ini menjadi momentum untuk mengajak masyarakat mendorong aksi dan meningkatkan kesadaran tentang Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia.