Kembali Pendekatan Pengurangan Bahaya

Visi Indonesia Emas 2045: Diancam Polusi Udara dan Kebiasaan Buruk

Halo sobat #SadarRisiko, semoga kita semua masih dalam keadaan sehat di tengah melonjaknya kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), yang disebabkan buruknya indeks kualitas udara.

Tak bisa dipungkiri bahwa polusi udara jadi kata kunci yang paling banyak dibicarakan akhir-akhir ini. Berdasarkan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, kualitas udara di Jakarta dan wilayah sekitarnya berada di zona merah selama beberapa bulan terakhir. Udara Jakarta masuk kategori ISPU 101-199 yang berarti berbahaya bagi kelompok sensitif, dan dinobatkan sebagai salah satu dari sepuluh kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Sayangnya, udara yang tidak bersih berisiko bagi kesehatan tubuh. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jakarta, ada 638.291 kasus ISPA di ibu kota selama semester satu 2023. Jumlah ini meningkat 20,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Oleh sebab itu, kualitas udara tidak boleh kita sepelekan. Udara adalah kebutuhan utama makhluk hidup untuk bernapas. Jika kualitas udara buruk dan mengandung banyak polutan, kesehatan kita bisa terancam, seperti oleh risiko-risiko di bawah ini.

Apa saja risiko polusi udara?

  1. Lemah Otak dalam Berpikir
    Jurnal Proceedings of the National Academies of Science yang diterbitkan oleh Yale University, Amerika Serikat, menyebutkan bahwa orang yang terpapar udara dengan partikel PAH atau Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (zat kimia hasil pembakaran batu bara, bahan bakar minyak, gas, dan rokok) akan mengalami penuaan otak selama 3,5-4 tahun dari usia sebenarnya.

    Peneliti juga menemukan hubungan antara paparan udara kotor dan penurunan kemampuan berpikir pada studi keluarga di Amerika Serikat dan Tiongkok. Disebutkan bahwa polusi udara dapat menurunkan konsentrasi, menimbulkan penyakit ingatan jangka pendek, mengurangi kemampuan respon otak, dan meningkatkan alzheimer.
  2. Kualitas Reproduksi Menurun
    Menurut penelitian di Universitas of California di Berkeley dan data yang diterbitkan pada jurnal New Scientist, tingkat polusi udara yang tinggi dapat menurunkan kesuburan laki-laki dan perempuan. Partikel polutan bisa mengganggu sistem hormon yang penting untuk reproduksi, mengganggu DNA dan bahan genetik lainnya dalam sperma dan sel telur. Penelitian di Tiongkok juga menemukan bahwa risiko masalah kesuburan meningkat 20% pada mereka yang tinggal di daerah dengan kadar polutan lebih tinggi.
  3. Risiko Penyakit hingga Kematian
    Efek jangka pendek meliputi penyakit seperti pneumonia atau bronkitis. Gejala tersebut juga mencakup ketidaknyamanan seperti iritasi pada hidung, tenggorokan, mata, atau kulit; sakit kepala; pusing; dan mual.

    Dampak jangka panjang dari polusi udara bahkan bisa menyebabkan kematian. Hampir 2,5 juta orang meninggal di seluruh dunia setiap tahunnya akibat dampak polusi udara luar dan dalam ruangan. Polusi udara juga dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang pada saraf, otak, ginjal, hati, dan organ lainnya.
  4. Kerusakan Lingkungan
    Di luar risiko terhadap tubuh kita, debu dan polutan udara lainnya dapat mengendap di tanah dan perairan, sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem. Partikel sulfur dioksida dan nitrogen oksida di udara (berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara dan kendaraan bermotor), dapat menimbulkan hujan asam ketika bercampur dengan air dan oksigen di atmosfer. Ini akan merusak keberlangsungan ekosistem dengan mengubah komposisi tanah; mengurangi hasil panen; menurunkan kualitas air di danau dan sungai; serta dapat menyebabkan bangunan dan monumen rusak akibat asam dalam air.

Upaya #KurangiRisiko Polusi Udara

Polusi udara bukan hanya masalah dalam negeri, tapi juga menjadi permasalahan global yang berdampak serius pada lingkungan dan kesehatan manusia. Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi kita untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko polusi udara.  Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk #SadarRisiko dan #KurangiRisiko polusi udara diusung oleh United Nations Environment Programme (UNEP) dengan menetapkan International Day of Clean Air for Blue Skies atau Hari Udara Bersih Sedunia untuk Langit Yang Biru, yang jatuh pada tanggal 7 September.

Bertepatan dengan International Day of Clean Air for Blue Skies tahun 2023, MASINDO menggelar diskusi yang fokus membahas permasalahan publik di berbagai sektor, termasuk lingkungan. Ini juga menjadi momen untuk mengajak kita semua menerapkan kesadaran risiko dan aksi nyata dalam mewujudkan Visi Indonesia Emas Tahun 2045.

Visi Indonesia Emas 2045

Visi Indonesia Emas 2045 adalah rencana jangka panjang yang dirumuskan melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 untuk jadi acuan pembangunan negara demi mencapai stabilitas bangsa yang terjaga dan berkesinambungan, serta sumber daya manusia yang berkualitas.

Sayangnya, ancaman kualitas sumber daya manusia dapat berasal dari berbagai masalah, salah satunya risiko kesehatan. Polusi udara, penyakit menular dan tidak menular, serta kebiasaan buruk bisa menjadi sumber dari risiko tersebut.

Menurut Ketua Masindo, Dimas Syailendra Ranadireksa, Indonesia diperkirakan akan menghadapi era bonus demografi yang diharapkan menjadi generasi Indonesia Emas Tahun 2045. Namun, sayangnya polusi udara yang menjadi salah satu risiko yang mengancam kualitas SDM Indonesia.

“Salah satu solusi di tengah ancaman risiko adalah membangun pola pikir dan kebiasaan sadar risiko serta upaya mitigasinya untuk mendukung Visi Indonesia Emas 2045, terutama transformasi kualitas sumber daya manusia,” ungkap Dimas.

Apa yang Bisa Dilakukan untuk Kurangi Risiko Polusi Udara?

Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk #KurangiRisiko polusi udara. Para stakeholder memiliki peran dan andil yang besar dalam memerangi polusi udara. Selain berperan aktif, dibutuhkan juga kerjasama antara para stakeholder agar upaya-upaya yang akan, dan yang telah dilakukan dapat memberikan hasil yang optimal.

Peran Pemerintah :

Menurut Prof. Dede Anwar Musadad, Peneliti Utama Organisasi Riset Kesehatan BRIN, pemerintah memiliki peran penting dalam manajemen risiko. BRIN sebagai organisasi riset, berperan untuk melakukan riset untuk mengidentifikasi peluang risiko dan inovasi terkait mitigasi risiko. Manajemen risiko berperan dalam membantu organisasi dalam mengambil keputusan yang tepat dengan pertimbangan risiko yang mungkin terjadi.

“BRIN membentuk tim untuk memberikan solusi dalam pengendalian pencemaran udara. Kami juga melakukan eksperimen yang menghasilkan inovasi mengenai peralatan yang bisa digunakan Kemenkes untuk menjadi solusi pencemaran udara,” kata Prof. Dede.

Oleh karenanya, pemerintah memiliki peran penting dalam upaya mengurangi polusi udara utamanya karena potensi risikonya yang dapat mengancam transformasi sumber daya manusia. Pemerintah memiliki peran penting dalam mengawasi dan menerapkan undang-undang terkait kebijakan yang dapat mengurangi polusi udara, serta mendukung adanya inovasi-inovasi baru yang dapat menjadi solusi untuk risiko yang mengancam keberlangsungan publik.

Peran Pelaku Usaha dan Industri:

Beberapa cara yang dapat dilakukan pelaku industri untuk mengurangi polusi udara meliputi peningkatan efisiensi energi serta penggunaan teknologi bersih dan ramah lingkungan untuk mengurangi emisi polutan dari proses produksi. Ini dapat mencakup penerapan filter udara, sistem pemurnian gas, dan teknologi lainnya. Selain itu, perusahaan juga bisa mengelola limbah dengan baik, mendaur ulang sebanyak mungkin, dan mengurangi limbah berbahaya yang dapat mencemari udara.

Peran Masyarakat :

Dimas juga menuturkan bahwa untuk mengurangi risiko isu-isu publik, salah satu hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah menjadi sadar terhadap risiko dan secara aktif menerapkan langkah untuk mengurangi risiko.

“Secara berkelanjutan, MASINDO memasyarakatkan nilai sadar risiko melalui edukasi, diskusi publik, advokasi media, kampanye sosial, kajian, dan informasi berbasis bukti ilmiah,” ujar Dimas.

Setiap hari, kita sebagai individu bisa ikut berperan dalam mengurangi risiko polusi udara. Contohnya, kita bisa memilih untuk menggunakan transportasi umum atau bersepeda daripada kendaraan pribadi yang menggunakan bahan bakar fosil. Selain itu, kita bisa menghindari membakar sampah dan menggunakan listrik secara efisien untuk mengurangi jejak polusi udara kita.

Semua ini dapat dilakukan ketika masyarakat sudah #SadarRisiko dan mulai #KurangiRisiko. Oleh karenanya, membangun budaya ini menjadi penting dalam mencapai Visi Indonesia Emas 2045. Pasalnya, risiko bisa muncul dari berbagai aspek yang dapat memengaruhi secara masif kualitas sumber daya manusia. Selain dari pengurangan risiko polusi udara, mengurangi risiko kebiasaan buruk juga menjadi salah satu poin bahasan pada diskusi ini oleh MASINDO.

Dimas Syailendra, mengatakan bahwa salah satu hal yang harus diwaspadai adalah risiko kebiasaan merokok yang dapat menimbulkan risiko kesehatan jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut MASINDO budaya #KurangiRisiko dapat mengajak perokok untuk mengurangi risiko dari kebiasaan buruknya dengan beralih ke produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko.

Kesadaran terhadap risiko, dan peralihan ke kebiasaan yang dapat mengurangi risiko kebiasaan buruknya, disebut dapat menjadi pondasi untuk perlahan melakukan transformasi terhadap kualitas sumber daya manusia.

Terima kasih telah membaca artikel Masindo. Kunjungi Instagram @masindo.id untuk mendapatkan informasi seputar sadar risiko dan pengurangan risiko.

#SadarRisiko #KurangiRisiko #Masindo