Kembali Pendekatan Pengurangan Bahaya

Mengenal Sindrom Metabolik sebagai Langkah Awal Mengurangi Risiko Penyakit Kronik Tidak Menular

Serangan jantung, stroke, dan diabetes tipe 2 merupakan beberapa contoh penyakit yang mungkin sudah tidak asing di telinga kita. Ketiga penyakit tersebut merupakan contoh penyakit yang tergolong dalam kelompok penyakit tidak menular (PTM). Perlu diketahui, risiko seseorang terkena PTM dapat meningkat ketika ia mengalami sindrom metabolik. Mari simak artikel berikut untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sindrom metabolik, gejala dan cara pencegahannya agar kita dapat mengurangi risiko terkena penyakit kronik yang tidak menular.

Apa itu Sindrom Metabolik?

Sindrom metabolik adalah kondisi ketika seseorang mengalami diabetes (kadar gula tinggi), hipertensi (tekanan darah tinggi), dan obesitas secara bersamaan. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kronik yang tidak menular seperti penyakit jantung, stroke, dan juga diabetes. 

Seseorang dapat dikatakan mengidap sindrom metabolik ketika terdiagnosa setidaknya tiga dari keseluruhan kondisi di bawah ini:

  • Kelebihan berat badan atau memiliki lemak berlebih di area pinggang.
  • Memiliki kadar lemak yang tinggi (kadar trigliserida lebih dari 149 mg/dL) dan memiliki kadar kolesterol baik (HDL) rendah di dalam darah. Hal ini membuat pembuluh arteri menjadi keras dan menyempit karena gumpalan lemak/kolesterol menempel pada pembuluh darah (aterosklerosis).
  • Memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dengan rata-rata 140/90mmHg atau lebih 
  • Ketidakmampuan tubuh dalam mengatur kadar gula dalam darah (resistensi insulin)

Gejala Sindrom Metabolik 

Gejala sindrom metabolik dapat dikenali ketika memiliki ciri seperti berikut: 

  • Lingkar pinggang meningkat
  • Mudah merasa haus
  • Frekuensi buang air kecil meningkat
  • Tubuh mudah merasa lelah
  • Sering mengalami sakit kepala
  • Sering merasakan pegal-pegal
  • Sesak nafas

Namun, tidak semua orang dapat menyadari bahwa ia tengah mengalami gejala sindrom metabolik, sebab gejala-gejala tersebut dirasa lumrah/sudah biasa terjadi dan akan sembuh dengan sendirinya. 

Apa Penyebab Meningkatnya Risiko Sindrom Metabolik? 

Secara umum, faktor-faktor penyebab meningkatnya risiko sindrom metabolik dapat digolongan dalam dua kategori. Kategori pertama merujuk pada faktor-faktor risiko yang bisa dikendalikan, seperti kebiasaan kita sehari-hari. Sedangkan kategori kedua merupakan faktor-faktor yang berada di luar kendali kita, seperti umur dan riwayat keluarga.

Berikut informasi lebih rinci terkait kedua kategori faktor risiko sindrom metabolik tersebut:

Kategori pertama: faktor risiko yang dapat dikendalikan

  • Tidak rutin melakukan olahraga.
    Kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga dapat menyebabkan penumpukan lemak pada tubuh yang mengakibatkan berat badan berlebih (obesitas). Tidak hanya itu, kurangnya olahraga juga dapat mengakibatkan kaku otot sehingga terjadi penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah.
  • Konsumsi makanan tidak sehat dan porsi yang berlebihan. 
    Kebiasaan ini dapat mempercepat terjadinya obesitas. Hal ini disebabkan oleh lemak yang semakin menumpuk apabila sering mengonsumsi makanan tidak sehat dan dalam porsi yang berlebihan. Akibatnya, kadar garam dan gula dalam tubuh bertambah,sehingga berdampak pada naiknya tekanan darah.
  • Kurangnya tidur dengan kualitas yang baik.
    Tidak tidur selama delapan jam, tidur lebih dari pukul sebelas malam, atau tidak tidur berhari-hari menyebabkan kurangnya penyerapan nutrisi dari asupan makanan yang telah dikonsumsi. Hal tersebut dapat mengakibatkan obesitas dan tekanan darah tinggi. 
  • Minum minuman beralkohol.
    Konsumsi minuman yang mengandung alkohol akan menyebabkan obesitas karena tingginya kadar kalori di dalamnya. Selain itu, hal tersebut dapat menyebabkan diabetes, karena kadar gula berlebih yang masuk ke dalam tubuh. 
  • Merokok.
    Kebiasaan merokok dapat meningkatkan detak jantung dan juga tekanan darah. 

Kategori kedua: faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan 

  • Umur: Pertambahan usia akan semakin meningkatkan risiko sindrom metabolik
  • Riwayat keluarga dan genetik: Faktor genetik dapat berpengaruh pada berat badan dan reaksi tubuh terhadap insulin. Seseorang bisa memiliki risiko sindrom metabolik yang lebih tinggi jika dalam keluarganya terdapat riwayat diabetes, sindrom metabolik, ataupun penyakit jantung. 
  • Jenis kelamin: Risiko sindrom metabolik pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini terkait dengan menopause yang dialami perempuan. Ketika perempuan mengalami menopause, kadar hormon akan berkurang dan berakibat pada menurunnya kadar HDL serta meningkatnya kadar gula darah. 

Selain kedua jenis faktor risiko di atas, sejumlah kondisi medis juga dapat meningkatkan risiko dari sindrom metabolik. Kondisi-kondisi tersebut antara lain adalah:

  • Obesitas merupakan salah satu faktor utama meningkatnya risiko sindrom metabolik sebagai akibat dari rendahnya HDL dan naiknya tekanan darah. Lalu, apabila wanita hamil memiliki kondisi kelebihan berat badan dan obesitas, maka terdapat kemungkinan risiko sindrom metabolik dapat diturunkan kepada anak dalam kandungannya.
  • Polycystic ovary syndrome (PCOS) merupakan kondisi adanya kista yang tumbuh dalam ovarium. Perubahan hormon yang diakibatkan oleh PCOS dapat mengakibatkan ukuran pinggang membesar, menaikkan kadar gula darah, dan juga menurunkan kadar HDL dalam tubuh.
  • Penggunaan obat untuk mengatasi alergi, HIV, depresi, gangguan bipolar, dan schizophrenia.
  • Permasalahan pada sistem imun.

Cara Mengurangi Risiko Sindrom Metabolik

Berikut cara untuk mengurangi risiko sindrom metabolik yang dapat dilakukan, antara lain:

  • Periksa kesehatan secara rutin.
    Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dapat membantu kita mengetahui kondisi kesehatan terkini. Sehingga, kita pun bisa melakukan upaya tindakan lebih lanjut saat gejala yang kurang baik muncul. Hal ini dapat dilakukan salah satunya dengan secara teratur mengukur tekanan dan gula darah.

  • Berolahraga rutin untuk memastikan tubuh pada kondisi ideal.
    Guna memastikan berat badan pada kondisi yang ideal, kita dapat melakukan olahraga rutin setiap hari minimal 30 menit per hari. 

  • Mengonsumsi makanan dengan gizi yang sesuai.
    Konsumsi makanan dengan gizi yang sesuai dilakukan untuk menjaga kondisi tubuh yang ideal dan juga memilah asupan makanan yang masuk demi mengontrol tekanan darah, gula darah, serta kolesterol. 

  • Mengurangi konsumsi alkohol.
    Mengurangi konsumsi alkohol akan membantu kita dalam mengurangi kadar gula dalam tubuh dan juga mengontrol berat badan kita agar selalu dalam kondisi yang ideal. 

  • Berhenti merokok.
    Berhenti merokok akan membantu kita mengurangi risiko sindrom metabolik. Namun jika berhenti merokok sepenuhnya terasa berat, perokok dewasa bisa mengurangi risiko dari kebiasaan merokoknya dengan cara mengganti rokok dan menggunakan produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko dibandingkan rokok.    

Demikian penjelasan dari Masmin mengenai deskripsi, gejala, risiko dan cara mengurangi risiko sindrom metabolik. Semoga artikel ini dapat membantumu dalam sadar risiko, identifikasi dan pencegahan sindrom metabolik. 

Terima kasih telah membaca artikel Masindo. Untuk mendapatkan informasi seputar sadar risiko dan pengurangan risiko, mari kunjungi sosial media instagram @masindo.id. Mari bersama-sama menjaga diri sendiri, sadar risiko sedari dini dan ikut menyebarkan informasi akan pentingnya sadar risiko kepada orang lain.

#SadarRisiko #KurangiRisiko #Masindo

Artikel Lainnya

Ancaman di Era Digital: Mengenal Risiko Kejahatan Siber

Pendekatan Pengurangan Bahaya

Ancaman di Era Digital: Mengenal Risiko Kejahatan Siber

Kejahatan siber menjadi ancaman serius di era digital saat ini, termasuk di Indonesia. Salah satu isu utama yang dihadapi adalah kurangnya kesadaran masyarakat tentang risiko dan tindakan pencegahan. Maka itu, Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO) mengajak pembaca untuk mengenal berbagai bentuk kejahatan siber yang mengancam, langkah-langkah pencegahan, serta tindakan yang dapat kita ambil jika menjadi korban kejahatan siber.

2023 Banyak yang Tidak Pasti, Konsumen Harus Lebih Peka Risiko Sebelum Membeli

Pendekatan Pengurangan Bahaya

2023 Banyak yang Tidak Pasti, Konsumen Harus Lebih Peka Risiko Sebelum Membeli

Perlu adanya kolaborasi aktif bagi seluruh pemangku kepentingan untuk menyebarluaskan informasi dan mengedukasi mengenai konsep sadar risiko

Visi Indonesia Emas 2045: Diancam Polusi Udara dan Kebiasaan Buruk

Pendekatan Pengurangan Bahaya

Visi Indonesia Emas 2045: Diancam Polusi Udara dan Kebiasaan Buruk

Tak bisa dipungkiri bahwa polusi udara jadi kata kunci yang paling banyak dibicarakan akhir-akhir ini. Berdasarkan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, kualitas udara di Jakarta dan wilayah sekitarnya berada di zona merah selama beberapa bulan terakhir.